Friday, December 21, 2007

Sebentar lagi udah dekat natalan. Tiap natal selalu membawa sukacita bukan saja buat aku, tapi jg anak2. Di sekolah Tiff dan Icen hari rabu lalu diadakan acara tukar hadiah, dan syaratnya hadiah harus berharga sekitar 20rb-an. Selasa malamnya aku sempatin mampir di papaya supermarket utk nyari hadiah buat tuker kado ini. Akhirnya keputusan jatuh di bagian stationary, aku beli gunting, memo dan alat2 tulis, terus dibungkus dengan kertas Koran. Tiff dan Icen udah bingung, mereka ber-2 keberatan kalo hadiah2 tersebut buat tukeran. Malah Tiff bilang, besok mau ngomong sama miss-nya, minta hadiah yg gede dan banyak, krn pikirnya….hadiah dari dia itemnya banyak.

Dan tibalah saat doa malam, giliran Tiff yg pimpin doa dan di ikuti echo oleh aku, papanya juga Icen, beginilah bunyi doanya

“Tuhan Yesus terima kasih sudah menyertai kami hari ini. Sebentar lagi kami mau bobo, Tuhan tolong jagain, supaya tidak ada pencuri yg masuk ke rumah kami. Oiya..besok ada acara tukar hadiah di sekolah..Tuhan, tolong Tuhan supaya besok hadiah yang saya terima itu hadiah yang gede dan isinya banyak. Di dalam nama Tuhan Yesus…Amin”

Selama doa berlangsung, gua ngempet ketawa sekaligus mikir..wah nih anak bener2 ga mau rugi deh, sampe2 juga dilaporin ke Tuhan. Abis doa selesai, aku sempatin ngomongin Tiff, lain kali tidak boleh spt itu, lebih baik kalo bisa memberi orang lain, daripada menerima sesuatu dari orang lain. Yah mungkin dia juga belum ngerti maksud dari omonganku, tapi at least biarlah Tuhan yg bantu dia supaya mengerti.

Hari Selasa ini diadakan pembagian raport, karena aku ga bisa datang (alasannya sih, krn cuti-nya mau di eman2), so aku minta misua untuk ambilin raport anak2. Terus sorenya, sepulang kerja aku tanyain misua..”gimana tadi acara ambil raportnya ? apa komen dari guru2nya ?”
Trus misua bilang, “kalo Tiff sih…cepet prosesnya ga sampe 2 menit. Gurunya bilang, Semua ok”. Dengan ga sabar, kutanya lagi “Gimana kalo Icen”. Misua bilang “hmmm kalo Icen, gurunya bilang, kalo acara mewarnai….masih amburadul, semua garis di terjang…pokoke semua di coret2”. Terus gurunya bilang lagi “koq Icen ga ada jiwa seni-nya blass ya pak ?”. Misua cuman senyum2 aja di bilang gitu ama gurunya Icen. Terus aku lgsg bilang ama misua….”emang lu ndak merasa Icen itu seperti siapa ?” Langsung deh..misua ngakak “yo jelas, Icen itu seperti aku, pas gurunya komen spt itu, aku juga mikir…lho koq mirip aku polll”….wakakakkaka, bener2 deh.

Sampe hari ini, gua masih merayu icen supaya mau ikut les piano, tapi apa daya…dia selalu pake alesan, nanti pianonya aku rusakin lah..aku kasarin, sampe alesan..nanti saja lesnya kalo aku dah elementary. Dulu misua juga sampe dipaksa2 mamanya utk ikutan les musik, untunglah pemaksaan itu masih sedikit berhasil…artinya misua berhasil menyukai musik.

Gua selalu mikir, org yg punya jiwa seni, biasanya romantis. So, apakah Icen skrg ini sama sekali ga romantis ? heheheh, ndak juga sih…krn dia suka maksa2 cium mommy dan daddynya, sampe yg di cium lari terbirit-birit…abis ciumnya ga kira2…sampe tangan dan kaki segala.
Ok..begitulah cerita menjelang libur Natal….

Buat rekan-rekan blog dimanapun kalian berada, “Selamat Natal buat yang merayakan, semoga segala kebaikan dari Natal…membawa makna terdalam buat kita semua”.

 
posted by fanvin at 8:28 AM | 4 comments
Monday, December 17, 2007
Maksud hati sih, kali ini postingan mo pake tema yg lain…krn mosok udah 2x postingan koq ngomongnya ttg perselingkuhan terus..hihhihiih. Lah yg nyantel di kepala aku malah lagu yg berjudul “Ketahuan”.

Matta - Ketahuan

Dari awal aku tak pernah percaya
Kata-katamu karena aku hanya melihatSemua dari parasmu
Terlanjur kau bilang padakuKau tak akan pernah selingkuh

Tetapi ternyata dirimu bermain dibelakangku

*Saat ku melihatmu kau sedang bermesraan
Dengan seorang yang ku kenal

**Oo..Oo.. Kamu ketahuan pacaran lagi
Dengan dirinya teman baikku
Oo..Oo.. Kamu ketahuan pacaran lagi
Dengan dirinya teman baikku

Gua jg heran, kenapa koq jadi demen ama lagu ini akhir2 ini. Yg pasti sih mungkin krn syairnya terasa lucu terutama dibagian reffnya , ditambah lagi Tiff dan Icen jg sering ikut2an nyanyiin lagu ini. Gara2nya pengasuh mereka pake lagu ini sbg ringtones…jadi deh, mereka makin apal.

Hhehehe, janji postingan berikutnya…lepas dari perselingkuhan…moga2.
 
posted by fanvin at 9:22 AM | 0 comments
Wednesday, December 05, 2007
Baru saja bbrp hari yl posting ttg kesetiaan, ternyata kemarin pas aku mlaku2/baca2 di kolom kompas online, tepatnya di kolom fans beratku...si Samuel Mulia, daku menemukan artikel yg uapikk soro, terkait jg dengan kesetiaan. Artikel ini berjudul renovasi, yg nanti bisa dibaca di bawah ini. Ngga nanggung2 tulisan si Sam ini, sampe mengibaratkan orang yg tidak setia itu dengan seekor kodok.

So, Siapa yang mau jadi 'kodok' ? atau Siapa yang udah jadi 'kodok'. hhehehehe, mudah2an yg belum jadi kodok, tidak bakal jadi kodok benearan, yg sudah terlanjur jadi kodok...segera ambil jurus insaf..kembali menjelma jadi manusia.
ok..sorry mas Sam tulisannya aku posting di blogku, dan thanks banget atas tulisan anda yg benar2 menyengat.

Renovasi
Senin 26 November 2007 9:32 wib

Oleh: Samuel Mulia Penulis Mode dan Gaya Hidup

Hari masih pagi. Jam menunjukkan pukul setengah tujuh. Buat saya itu masih pagi, tetapi buat
teman saya yang seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak, itu sudah terlalu siang. Pada jam
yang sama, ia sudah di dalam mobilnya mengantar ketiga buah hatinya ke sekolah. Bahkan
mungkin ia sudah terbangun jauh sebelum jam setengah tujuh kalau mendapat "serangan fajar"
dari suami tercinta.

Sambil bersantai di tempat tidur, saya memerhatikan barang-barang bertumpuk di hadapan saya yang memenuhi ruang tidur itu. Semua barang-barang itu terpaksa dipindahkan ke ruang tidur karena ruang tamu sedang direnovasi. Itulah kalau apartemen hanya seperti sangkar burung. Melihat barang-barang bertumpuk itu, saya jadi geleng kepala. Untuk pertama kalinya saya diperlihatkan, betapa barang-barang itu banyak yang saya beli dan tak berguna sama sekali. Tetapi, yaa… begitulah saya ini. Yang tak berguna acapkali lebih memikat mata. Sama seperti mengecap makanan. Yang tak sehat itu acapkali nikmat di lidah, dan sebaliknya, yang sehat jauh dari nikmat.

Benang kusut
Mengapa saya merenovasi tempat tinggal? Karena setelah sekian tahun tak pernah memerhatikan dengan saksama, maka beberapa minggu lalu kamar mandi mulai mengalami kebocoran. Awalnya hanya menetes, kemudian makin deras tetesannya. Saya pikir hanya satu bagian yang bocor, ternyata ada bagian lain yang bocor yang tak kelihatan.

Plafon di ruang tamu mulai melengkung, plafon di kamar tidur mulai bebercak. Lantai di dapur
super kecil ada yang pecah. Maka, saya memutuskan untuk melakukan perombakan. Itu karena saya jarang memberi perhatian sehingga kerusakan kecil lama-lama menjadi bukit.
Masalahnya kemudian, anggaran juga menjadi membengkak. Coba kalau sejak lama saya mau
mempunyai waktu untuk memerhatikan kerusakan kecil itu, mungkin saya tak perlu harus tidur dengan tumpukan buku, dua sofa, serta lampu duduk yang berjumlah empat buah di kamar tidur, dan uang tak diperlukan sebanyak sekarang ini untuk membongkar kerusakan yang berat itu.

Maka, saya mulai berkaca pada hari yang menurut saya masih pagi itu. Ternyata, saya tak ada
bedanya dari kerusakan di apartemen itu. Ketika pada awal setelah mengalami operasi
pencangkokan ginjal, saya rajin dan mendisiplinkan diri. Dari makan teratur sampai tidur teratur. Sekarang, ketika saya merasa bertambah fit, makan tetap diatur dan tidur juga tetap diatur. Diatur pelanggarannya, maksud saya. Dan kerusakan kecil yang tak saya perhatikan sekarang makin menjalar ke mana-mana. Saya diperingati dokter harus check-up setiap tiga bulan sekali, kenyataannya tidak demikian adanya. Dahulu rajin, sekarang juga masih rajin. Rajin tak pernah datang check-up.

Awalnya, saya hendak pindah ke apartemen lain yang lebih bagus, yang lebih baru, dibandingkanmerenovasi. Saya malas merenovasi. Membenahi yang rusak itu tak hanya ribet, tetapi menjengkelkan. Sama seperti seorang teman yang mendapat tugas membenahi benang kusut perusahaan gara-gara pemiliknya yang seperti saya itu. Seenaknya saja dan tak pernah peduli dengan kerusakan-kerusakan kecil yang terjadi. "Tahu kayak gini mending gue cari kerjaan baru," katanya.

Seperti kodok
Itu juga saya. Senangnya mencari yang baru. Dahulu, saya senangnya masuk-keluar rumah ibadah yang baru. Teman saya mempromosikan rumah ibadahnya yang paling oke. Teman yang lain tak mau kalah. Maka, saya yang senangnya melihat di permukaan saja berubah menjadi kodok.
Kebetulan rumah ibadah saya memang tak segemerlap dan segemuruh rumah ibadah di tempat
teman-teman saya itu. Jadi, saya menjadi tidak setia. Meloncat ke sana dan kemari.
Meloncat ke sana kemari itu juga terjadi dalam urusan pekerjaan. Selalu saja kalau sudah ribet di kantor, tak cocok dengan sistemnya dan para pemimpin, maka saya secepat kilat mulai lirik kanan dan kiri untuk cepat-cepat lari dari keribetan itu. Dengan mulai lirak-lirik, saya makin tak berkonsentrasi dengan pekerjaan itu. Dan benangnya semakin kusut.

Hubungan saya dengan orangtua, teman, dan pacar juga demikian. Acapkali saya berkata dalam
hati, kalau saja orangtua saya seperti orangtua teman saya. Saya kemudian memperbandingkan. Saya suka dengan pacar saya, tetapi ketika ada yang "menyeberang" di depan saya, saya mulai terpikat.
Kemudian saya mengatakan dalam hati, dia kok lebih cihui dari pacar saya. Kok dia gitu…
sementara pacar saya tidak. Kok dia ginu, pacar saya kok enggak ginu. Kemudian saya mulai
mencoba icip-icip. Saya mengurangi kesetiaan saya.

Pada pukul delapan pagi, saya mendapat pencerahan. Saya merasa keputusan saya merenovasi
apartemen sebuah tindakan tepat daripada saya pindah ke apartemen baru. Masalahnya bukan
soal pindahnya, tetapi saya harus setia. Tak bisa dengan mudah setiap kali ada keribetan saya
loncat seperti kodok.
Kalau saya merasa rumah saya perlu dibenahi, yaaaa... dibenahi, dan tidak dengan cepat
mengambil jalan pintas untuk pindah. Saya harus membuat tempat tinggal saya indah dan bukan pindah. Kalau rumput tetangga lebih hijau, itu tugas saya untuk melebihi kehijauan rumput tetangga. Bukan berangan-angan loncat seperti kodok ke tetangga.

Saya tak perlu pindah rumah ibadah karena di tempat lain lampunya lebih gemerlap, tetapi saya harus tinggal di rumah ibadah yang saya anggap tak gemerlap itu untuk menjadikannya gemerlap. Itu tugas saya.

Tugas saya bukan jadi kodok, saya yang harus setia. Dan itu harus dimulai dari saya sendiri. Bukan mengandalkan orang lain. Demikian juga hubungan saya dengan manusia lain. Kalau saya tak memiliki hubungan yang baik, bukan dengan cara saya menjadi kodok meninggalkan mereka dan mencari hubungan baru yang belum kusut, terutama dengan pasangan hidup saya.

Kalau hubungan saya tak semarak di tempat lain, itu bukan waktunya pindah ke kesemarakan di tempat lain, tetapi seharusnya saya berusaha merenovasi hubungan saya agar bisa semarak.
Meski semuanya itu berisiko. Seperti saya, terpaksa harus tidur bersama sofa, buku, lampu, dan…debu.

KILAS PARODI: Mungkin Begini Caranya supaya Jangan Jadi Kodok

1. Mengapa saya ini sering kali jadi kodok karena saya tak pernah menyediakan waktu untuk
melihat kembali apa yang pernah saya perbuat dan terutama perbuatan yang gagal. Saya tak mau melihat ke belakang karena saya trauma dengan kegagalan itu. Nah, karena takut trauma, saya menjadi tak peduli dan membiarkan kekusutan itu tetap terjadi. Kalau tiba waktunya untuk merenovasi kekusutan itu, saya melarikan diri dengan menjadi kodok.
Sekarang, mau tak mau saya harus mau melihat ke belakang, mengevaluasi diri, dan melangkah
ke depan tanpa membawa kegagalan masa lalu. Susah? Susah. Tetapi, apa boleh buat. Kalau saya mau naik kelas, yaaaa… saya yang mesti belajar. Bisa saja saya menyontek, tetapi risikonya terlalu besar, and I’m not a risk taker.

2. Saya senang meloncat. Meloncat itu perlu, tetapi yang harus saya lakukan adalah meloncat yang memberi kesempatan saya naik kelas, bukan meloncat kemudian masuk jurang. Dan meloncat agar tak masuk jurang juga bukan untuk saya semata, tetapi untuk orang di sekitar hidup saya.

Dahulu saya adalah teman yang tidak benar. Ketika saya berselingkuh, saya menikmatinya, dan
ketika ada seorang teman yang punya problem sama, saya mengatakan itu tak apa-apa, yang
penting hati bahagia. Tentu saya makin meloncatkan teman saya ke dalam jurang dan membuat ia yakin apa yang dia lakukan memang benar.

Jadi, jangan pernah mengajak orang lain meloncat ke dalam jurang yang Anda gali. Kalau Anda
mau korupsi, Anda saja yang korupsi, jangan menjerat orang dengan berkata, "Saudaraku, Anda
memerlukan uang lebih untuk memberi pengobatan pada anak Anda yang sakit."

3. Belajarlah dengan rajin untuk menjadi orang setia dan jangan belajar dengan rajin menjadi
orang yang sukanya meloncat. Jangan mengganggu pikiran Anda sendiri dengan berangan-angan menjadi kodok. Justru berangan-anganlah menjadi setia. Make your dream comes true.

4. Saya ingatkan, bila Anda senangnya jadi kodok, meloncat setiap saat, maka pada setiap saat itu Anda harus mulai dari nol. Untuk setiap tindakan selalu saja ada risikonya. Saya meloncat, menit pertama enak, kemudian ketika saya butuh sesuatu, saya bertemu dengan orang baru, saya harus mulai lagi dari nol untuk berkenalan sebelum saya mendapat yang saya mau. Dan saya malas mulai dari nol, saya hanya senang meloncatnya. Maka, saya meloncat lagi menghindari nol. Pada akhirnya yang kodok itu benar-benar saya. ****


 
posted by fanvin at 10:37 AM | 5 comments
Monday, December 03, 2007
Bicara tentang kesetiaan di jaman skrg ini mungkin dah termasuk barang basi. Kalo pinjem istilahnya Icen, kesetiaan tuh udah tidak ‘kelen’ (keren) blas. Lah kan skrg udah jaman TTM (teman tapi mesra/ teman tapi mesum), hubungan model beginian udah menjadi semacam trade mark. Apalagi dengan jaman internet ini, segala akses yg berkaitan dengan hubungan manusia terbuka dengan luas. Mau digunakan utk hal yang positif maupun negatif, terserah kita masing2.

Ada 1 sharing dari teman seruangan aku yg bernama eddy, yang menyangkut kesetiaan. Ceritanya sangat menyentuh sampe aku inget2 selalu, aku sharingkan sama misua, bahkan sampe aku merasa perlu tulis di postinganku ini.

Ceritanya begini, suatu hari dia dan teman2 sepelayanannya mengunjungi istri dari atasan temannya yang sedang sakit di rumah sakit. Ternyata istri si atasan ini setelah melahirkan anak pertama,.dia mengalami koma. Bayinya lahir dengan selamat, tapi ibunya mengalami koma sejak awal tahun 2007. Tiap hari si suami selalu ke rumah sakit dan menemani istrinya, mengajak bicara dan membisikan ‘janji nikah’…tiap hari lho. Temen2 pasti tahukan kira2 isi dari janji nikah. Buat yang nggak tahu…janji nikah itu isinya kira2, spt ini

“Aku X (menyebut nama diri sendiri), menerima engkau Y (nama si istri) sebagai istri yang sah dan satu2nya, baik dalam keadaan bahagia ataupun susah, dalam kaya ataupun miskin, dalam sehat ataupun sakit, sampai maut memisahkan kita berdua”

Duh waktu denger sharingnya itu, gua udah ga kuat untuk nggak nangis. Tapi untung seruangan cuman isinya 4 org termsk aku, kalo lagi lengkap, jadi kalo nangis kecil2an yo ga bakal isin..hehehe. Aku sampe nanya ama eddy, nangis nggak pas dengerin ceritanya ? Yah ada rasa pingin nangis, tapi di tahan. Lah gimana, tujuan mereka tuh kesana mau doain dan memberikan penghiburan buat si suami. Ternyata malah si suami begitu tegar, malah memberikan semangat kepada orang2 yang mengunjungi. Sungguh sharing yang luar biasa. Waktu cerita ini aku ceritakan ke misua, misuapun sempat terharu. Padahal dia itu orang yg sangat2, tegar.

Gimana dengan keadaan jaman skrg ? Ada banyak cerita yg aku baca di kolom kompas online. Segitu mudahnya orang berpaling dari pasangannya. Dengan berbagai alasan, mulai dari yg si suami kurang kaya, kurang mengerti/ memahami perasaan istri atau bosen sama istri, istri makin gendut, wis pokoknya alasan segudang, bisa dicari buat mencari gebetan baru.

Nulis ttg kesetiaan, apakah aku sendiri udah sangat setia ? heheheh, namanya juga manusia, sangat2..mudah utk jatuh. Apakah aku kuat ? wah aku tidak berani bilang aku kuat…tapi paling ndak, tulisan ini bisa jadi komitmen aku utk belajar setia. Mungkin kalo kita ada di posisi ‘nggak setia’, coba deh pandang wajah orang2 yang kita cintai sewaktu mereka tidur, istri/suami kita, anak2 kita….apakah kita benar2 tega, membohongi mereka ? kalo masih ngga mampu juga, mungkin mesti cari bantuan konselor atau ikutan seminar2 keluarga.

Semoga Tuhan yang mempersatukan dalam pernikahan, Dia juga yang melindungi dan memberkati pernikahan kita semua.
 
posted by fanvin at 9:17 AM | 7 comments